Januari 10, 2011

P2KPDT 2010

Sektor pertanian memiliki lahan potensial untuk dikembangkan mencapai 373.800 Ha, namun hingga saat ini dari sekian lahan potensial yang ada baru dikembangan sekitar 333.996 Ha yang terdiri dari 23.555 Ha berupa sawah dan 38.699 Ha berupa pekarangan, tegal/kebun, ladang/huma yang juga berpotensi sebagai lahan pengembangan tanaman pangan, sedangkan 39.804 Ha belum dikelola secara optimal. Dengan tata irigasi yang baik diharapkan akan meningkatkan nilai produksi pertanian dari satu kali panen per tahun menjadi dua atau lebih panen per tahun. Hingga saat ini status pertanian Kabupaten Solok masih sentra/lumbung pertanian Propinsi Sumbar.
Kondisi dan struktur tanah yang sangat beragam memang diakui masih menjadi kendala utama pengelolaan lahan sawah ini dalam produktivitas. Adanya tuntutan perlakuan khusus dalam pengelolaan menjadi kendala utama yang dihadapi terutama menyangkut cost (biaya) yang dibutuhkan oleh para petani sehingga ketergantungan terhadap bantuan dan bimbingan pemerintah masih dibutuhkan oleh masyarakat.
Pola input tanah yang selama ini menggunakan pupuk anorganik telah membuat kandungan hara tanah menjadi sangant kurang sehingga tanah mengalami kejenuhan. Untuk membalikkan kondisi tanah menjadi kondisi yang dulu maka pola tani saat ini harus dikembalikan lagi kepada pola organik dengan pupuk kandang / kompos sebagai input utama bagi kesuburan tanah.
Menyadari kondisi ini, Pemerintah Kabupaten Solok telah menetapkan Jorong Kayu Jao Kenagarian Batang Baru sebagai salah satu daerah pertanian organik di Kabupaten Solok. Sejalan dengan hal tersebut di Kenagarian Koto gaek Guguk Kecamatan Gunung Talang juga telah dibagun Pasar Tani (organik). Sehingga perlu didukung dengan pertanian organik diwilayah sekitarnya khususnya lagi daerah Koto Gaek Guguk itu sendiri.
Dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Solok saat ini tengah mengembangkan pertanian organik dan luasnya hamparan rerumputan sebagai konsumsi ternak menjadikan Kabupaten Solok  yang ideal bagi pengembangan ternak baik ternak besar maupun ternak kecil. Cukup banyak program – program pemerintah berupa bantuan stimulan ternak untuk dikembangkan oleh masyarakat. Ternak besar yang sangat potensial dikembangkan di Kabupaten Solok meliputi Sapi, Kerbau, Kambing, dan Domba. Sedangkan jenis ternak kecil yang dikembangkan seperti Ayam Buras, Ayam Pedaging, dan Itik.
Hingga saat ini ternak besar yang dikembangkan di Kabupaten Solok yaitu sapi. Secara kajian ekonomi komoditi ternak sapi ini memiliki banyak keuntungan baik dari sudut pemeliharaan, pakan, dan pemasaran yang tidak terlalu sulit. Untuk itu kedepan pengembangan ternak jenis sapi ini akan terus ditingkatkan dengan mekanisme bergulir diharapkan pengembangan sapi ini terus mengalami peningkatan.
Mencermati kondisi dan permasalahan di daerah tertinggal maka pembangunan daerah tertinggal harus sinergis dengan penguatan daerah maju disekitarnya. Karena jika daerah maju tidak berkembang dengan baik maka mustahil daerah tertinggal akan mampu terdongkrak pertumbuhannya.
Sektor peternakan merupakan sektor yang potensial untuk secara cepat mendongkrak ekonomi masyarakat. Usaha peternakan tidak membutuhkan waktu lama dalam pengelolaannya sehingga petani masih dapat melakukan usaha lainnya. Sektor peternakanpun dapat bersinergi dengan sektor usaha lainnya seperti pertanian, perkebunan serta industri pertanian. Atas kondisi ini maka ideal sektor pertanian dapat dilaksanakan dalam bentuk program Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal.
Kegiatan Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal (P2KP-DT) Tahun 2010 difokuskan pada peningkatan nilai tambah produksi komoditi unggulan yang lokasi yang telah ditetapkan. Kegiatan P2KP-DT terdiri dari 2 (dua) sub kegiatan/belanja yaitu :
1.              Kegiatan Operasional Perkantoran, yang digunakan untuk membiayai operasional kantor dan administrasi kegiatan dalam menjalankan fungsi koordinasi Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal.
2.              Kegiatan Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal, yang terdiri dari :
a.      Input Produksi / Sarana dan Prasarana :
          - Komoditas Sapi Brending ( Betina Induk dan Penjantan)
b.      Bantuan Rintisan pasca panen ( Kewisausahaan )
          - Pengolahan Urine Sapi sebagai Subtitusi Urea
          - Pengolahan Pupuk Kompos Cair dan Kering
                Input Produksi terdiri dari :
>>>Bibit/bakalan sapi bali betina sebanyak 85 ekor
dengan Spesifikasi :
1.  Jenis Kelamin : Betina
2.  Bangsa           : Simental.
3.  Umur              : 2 – 3 tahun.
4.  Tinggi              : 125 Cm.
5.  Sehat tidak cacat.
6.  Bebas penyakit brucellosis yang dinyatakan dengan surat keterangan dari laoratorium yang berwenang.

>>>Bibit / bakalan sapi bali jantan sebanyak 9 ekor :
Dengan Spesifikasi :
1.  Jenis Kelamin : Jantan
2.  Bangsa           : Simental.
3.  Umur              : 3 – 4 tahun.
4.  Tinggi              : 130 Cm.
5.  Sehat tidak cacat.
Bebas penyakit brucellosis yang dinyatakan dengan surat keterangan dari laoratorium yang berwenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar