Januari 11, 2011

Analisa Pengembangan Kakao dan Kopi





BAB I


Kabupaten Solok merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang cukup potensial untuk pengembangan tanaman kakao dan kopi. Analisis kesesuaian lahan pada tingkat semi detil perlu dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih rinci dan akurat mengenai potensi dan kendala fisik lahan untuk pengembangan komoditas kakao dan kopi di Kabupaten Solok. Berkaitan dengan hal di atas, pada tahun anggaran 2007 telah disepakati kerjasama penelitian antara Balai Penelitian Tanah, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, dengan Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Solok dalam kegiatan Analisis Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Komoditas Kakao (Theobroma cacao L.) dan Kopi (Coffea sp.) di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
Luas lahan di Kabupaten Solok yang sesuai untuk komoditas kakao, kopi robusta dan arabika adalah 67.142 ha, 109.512 ha dan 70.580ha. Lahan-lahan yang sesuai tersebut, sekitar 53.270 ha diarahkan untuk pengembangan kakao, 41.575 ha untuk kopi robusta dan 23.009 untuk kopi arabika. Pengembangannya diarahkan pada lahan-lahan kering, terutama di lahan-lahan tegalan dan kebun campuran, padang rumput dan alang-alang, semak serta belukar yang masih memungkinkan untuk dikembangkan (lereng <40%).
Faktor pembatas pengembangan kakao, kopi robusta dan arabika di Kabupaten Solok adalah media perakaran (r), retensi hara (f), ketersediaan hara (n) lereng (e), dan temperatur (t). Faktor penghambat media perakaran (r) berupa drainase agak terhambat serta kedalaman tanah dangkal. Masalah drainase dapat dikurangi dengan pembuatan saluran drainase sedangkan masalah kedalaman tanah relatif sulit diatasi. Faktor retensi hara disebabkan rendahnya KTK dan pH tanah, sedangkan faktor ketersedian hara seperti rendahnya hara tersedia ditemui hampir di seluruh lahan yang sesuai untuk tanaman kakao, kopi robusta dan arabika terutama unsur hara N dan P. Faktor rentensi hara dan ketersedian hara diatasi melalui pengapuran, pemberian bahan organik dan pemupukan untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Penerapan teknik konservasi yang dianjurkan untuk mengatasi masalah bahaya erosi adalah pemberian mulsa untuk lahan dengan lereng 0-8%, rorak pada lereng 8-15%, dan teras kebun serta tanaman penutup tanah pada lereng 15-40%. Selain itu lahan yang sesuai untuk pengembangan kakao maupun kopi pada lereng 0-15% dapat ditanami tanaman sela sampai tanaman kakao atau kopi berumur 3 tahun atau tajuk tanaman kakao atau kopi telah menutupi areal tanaman sela. Tanaman sela yang sesuai diantaranya adalah jagung, kacang hijau, kacang tanah, kedele, ubi jalar, kentang, cabe, bawang merah dan terung.
Strategi pengembangan komoditas kakao dan kopi di kabupaten Solok memerlukan langkah-langkah kongkrit dan efektif dalam berbagai aspek teknis, ekonomi, sosial budidaya masyarakat serta dukungan kebijakan Pemda/Instansi terkait dalam memajukan pertanian/perkebunan yang berbasis pada ekonomi kerakyatan.


1.1.     Latar Belakang

Kakao (Theobroma Cacao L.) dan kopi (Coffea sp.) merupakan komoditas ekspor yang cukup menjanjikan di masa depan dan mempunyai posisi kuat di pasar dunia, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Komoditas kakao dan kopi pada masa yang akan datang diharapkan menduduki tempat yang sejajar dengan komoditas-komoditas perkebunan lainnya seperti karet dan kelapa sawit, setidaknya dari segi luas area tanam dan kuantitas produksi yang memadai untuk memenuhi pangsa pasar yang terus meningkat.

Analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas kakao dan kopi sangat dibutuhkan dalam rangka mendukung perencanaan pembangunan pertanian yang produktif, berdaya saing tinggi dan berkelanjutan karena pengembangan komoditas tersebut dalam skala perkebunan memerlukan investasi yang besar. Analisis kesesuaian lahan ini dapat memberikan informasi tentang tingkat kesesuaian lahan, distribusi dan luasan, serta faktor pembatasnya sehingga dapat diketahui tindakan­tindakan yang perlu dilakukan dalam upaya perbaikan lahan pengembangan kedua komoditas tersebut.
Dengan dicanangkannya Provinsi Sumatera Barat sebagai sentra produksi kakao untuk Indonesia Bagian Barat oleh Presiden RI (2006) dan terbukanya peluang ekspor untuk komoditas kakao dan kopi, maka Kabupaten Solok sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat mempunyai peluang untuk pengembangan kedua komoditas tersebut. Pengembangan komoditas kakao dan kopi diharapkan dapat mendorong pertumbuhan perekonomian rakyat. Selain itu, pengembangan komoditas ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah (PAD) melalui penciptaan peluang ekspor kedua komoditas tersebut.
Analisis kesesuaian lahan pada tingkat operasional (skala 1:50.000) perlu dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih rinci dan akurat mengenai potensi dan kendala fisik lahan untuk pengembangan komoditas kakao dan kopi di Kabupaten Solok. Berkaitan dengan hal di atas, pada tahun anggaran 2007 telah disepakati kerjasama penelitian antara Balai Penelitian Tanah dengan Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Solok dalam kegiatan Analisis Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Komoditas Kakao (Theobroma cacao L.) dan Kopi (Coffea sp.) di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat

1.2.     Tujuan

1.    Mengkarakterisasi dan menganalisis potensi sumberdaya lahan untuk pengembangan komoditas kakao dan kopi di Kabupaten Solok
2.    Menyusun peta kesesuaian lahan komoditas kakao dan kopi skala 1:50.000
3.    Menyusun teknologi pengelolaan sumberdaya lahan untuk pengembangan komoditas kakao dan kopi
4.    Menyusun database dan informasi sumberdaya lahan pertanian untuk pengembangan komoditas kakao dan kopi di Kabupaten Solok.

1.3.     Keluaran
Keluaran dari penelitian ini adalah:
1.      Naskah laporan penelitian
2.      Karakteristik sumberdaya lahan Kabupaten Solok tingkat semi detil skala 1:50.000.
3.      Peta kesesuaian lahan dan teknologi pengelolaan sumberdaya lahan untuk pengembangan komoditas kakao dan kopi skala 1:50.000 dalam bentuk Atlas.
4.      Basisdata dan informasi sumberdaya lahan untuk pengembangan kakao dan kopi di Kabupaten Solok dalam bentuk CD.

1.4.     Perkiraan Manfaat dan Dampak

Perkiraan manfaat dari penelitian ini adalah:
1.      Hasil penelitian dapat digunakan Pemerintah Kabupaten Solok sebagai dasar perencanaan pengembangan komoditas kakao dan kopi di Kabupaten Solok berskala agribisnis.
2.      Sebagai dasar pelaksanaan penelitian/pengkajian dan diseminasi pengembangan komoditas kakao dan kopi berskala agribisnis.
3.      Terciptanya sistem usaha tani kakao dan kopi yang lebih produktif, aman dan berkelanjutan.


Perkiraan dampak dari penelitian ini adalah:
1.      Meningkatnya peluang investasi untuk pengembangan komoditas kakao dan kopi di Kabupaten Solok.
2.      Meningkatnya pendapatan petani kakao dan kopi serta kontribusinya terhadap sektor pertanian dan perekonomian daerah Kabupaten Solok.
3.      Mempercepat pengembangan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.



II. METODOLOGI PENELITIAN


2.1. Bahan Penelitian
Bahan penelitian terdiri dari data dan peta yang digunakan untuk penyusunan peta dasar dan peta satuan lahan 1:50.000. Peta dasar disusun menggunakan peta kontur skala 1:25.000 dan peta topografi skala 1:50.000 lembar Padang, Lubuk Alung, Solok, Alahan Panjang, Silago, Air Batumbuk, Sirukam, Suliti, Muara Labuh, Sawahlunto Sijunjung, Tanjung Gadang dan Talawi (Jantop TNI AD, 1984; 1985). Peta satuan lahan skala 1:50.000 disusun melalui pendetilan Peta Satuan Lahan Kabupaten Solok skala 1:100.000 (Balai Penelitian Tanah, 2006) dengan analisis terrain pada Shuttle Radar Topography Mission (NASA, 2004), peta kontur dan peta topografi.

2.2. Metode Penelitian
2.2.1. Persiapan

Tahap persiapan meliputi studi pustaka dan pengumpulan bahan-bahan, penyusunan peta satuan lahan skala 1:50.000 melalui pendetilan Peta Satuan Lahan Kabupaten Solok skala 1:100.000 (Balai Penelitian Tanah, 2006) dengan analisis terrain pada Shuttle Radar Topography Mission (NASA, 2004), peta kontur dan peta topografi.

2.2.2. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan meliputi pengecekan batas satuan lahan hasil pendetilan, karakterisasi lahan serta pengumpulan data iklim, sosial ekonomi dan kelembagaan. Pengecekan batas satuan lahan dilakukan untuk memverifikasi dan memvalidasi hasil pendetilan.
Karakterisasi lahan bertujuan untuk mengetahui jenis, sifat tanah dan lingkungan serta penyebarannya yang dilakukan melalui penjelajahan pada setiap satuan lahan representatif. Pengamatan tanah dilakukan dengan membuat profil, minipit dan pemboran mengacu pada Soil Survey Division Staff (1993). Tanah diklasifikasikan sampai tingkat Subgrup menurut Keys to Soil Taxonomy (2003).
Selain curah hujan, data iklim lainnya yang dikumpulkan di lapangan adalah lama bulan kering, temperatur dan kelembaban udara serta kecepatan angin. Data sosial ekonomi dan kelembagaan dikumpulkan untuk mengetahui prospek pengembangan komoditas kakao dan kopi di Kabupaten Solok, seperti kondisi perhubungan, keberadaan pasar, lembaga keuangan seperti bank dan koperasi.

2.2.3. Analisis Contoh Tanah di Laboratorium

Analisis contoh tanah di laboratorium meliputi penetapan sifat fisik dan kimia tanah. Data hasil analisis tanah di laboratorium digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan komoditas kakao dan kopi, pemantapan klasifikasi tanah, dan evaluasi status kesuburan tanah. Status kesuburan tanah ditetapkan dengan cara membandingkan data tanah hasil analisis dengan kriteria penilaian kesuburan tanah (Lembaga Penelitian Tanah, 1984).

2.2.4. Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan

Pengolahan dan interpretasi data meliputi kegiatan entry data dan analisis kesesuaian lahan. Entry data dilakukan terhadap data hasil pengamatan lapang dan data hasil analisis contoh tanah di laboratorium ke dalam sistem basisdata sumberdaya lahan.
Penyusunan Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Kakao dan Kopi
Analisis kesesuaian lahan komoditas kakao dan kopi dilakukan dalam keadaan aktual (kesesuaian lahan aktual). Hasil evaluasi menghasilkan 4 kelas kesesuaian lahan, yaitu: sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) dan tidak sesuai (N). Persyaratan tumbuh tanaman kakao dan kopi mengacu kepada Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pertanian dan Tanaman Kehutanan (LREP II, 1994). Hasil evaluasi lahan komoditas kakao dan kopi disajikan dalam bentuk Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Kakao dan Kopi skala 1:50.000 yang menggambarkan luas, penyebaran dan kendala pengembangannya di daerah penelitian.
Penyusunan Pete Arahan Pengembangan Komoditas Kakao dan Kopi serta Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Lahan. Pengembangan komoditas kakao dan kopi di Kabupaten Solok diarahkan pada lahan-lahan kering, terutama di lahan-lahan tegalan dan kebun campuran, padang rumput dan alang-alang, semak serta belukar yang masih memungkinkan untuk dikembangkan (lereng <40%). Lahan-lahan yang pada saat ini telah digunakan secara tetap (exist), seperti sawah, kebun sayur dan perkebunan teh serta kawasan lindung tidak diarahkan untuk pengembangan komoditas tersebut.
Teknologi pengelolaan sumberdaya lahan untuk pengembangan komoditas kakao dan kopi diantaranya mencakup pola tanam, pemupukan dan teknik konservasi.
Hasil penelitian secara lengkap disajikan dalam bentuk naskah Laporan Akhir yang dilengkapi dengan Atlas peta kesesuaian lahan untuk komoditas kakao, kopi robusta dan arabika skala 1:50.000, serta basisdata dan informasi sumberdaya lahan untuk pengembangan komoditas kakao dan kopi di Kabupaten Solok yang disajikan dalam bentuk CD.



III. KARAKTERISTIK WILAYAH


3.1. Keadaan Umun Daerah Penelitian
3.1.1. Lokasi Penelitian

Kabupaten Solok memiliki luas wilayah 3.738 km2 (373.800 ha). Secara geografis terletak pada 01o 20' 27”-01o 21' 39” Lintang Selatan dan 100o 25' 00”-100o 33' 43” Bujur Timur dengan ketinggian tempat 300-1.500 m dpl.

3.1.2. Sarana dan Prasarana Perekonomian

Sarana dan prasarana perekonomian meliputi perhubungan, pasar dan distribusi produk serta lembaga keuangan. Jalan penghubung antar kecamatan pada umumnya telah diaspal cukup baik. Kondisi perhubungan yang memadai sangat mendukung upaya pengembangan komoditas kakao dan kopi di Kabupaten Solok.
Distribusi dan pemasaran produk kakao dan kopi dilakukan oleh tengkulak dengan melakukan pembelian langsung dari petani dengan tolok ukur jual beli adalah berat biji kering dan selanjutnya didistribusikan ke pedagang pengumpul hasil bumi yang terdapat di Kota Solok. Selain itu, petani juga dapat menjual produk pertanian langsung ke pedagang pengumpul tanpa melalui tengkulak. Pemasaran produk kakao dan kopi ini masih menemui kendala, dimana pasar belum dapat memberikan jaminan harga terhadap produk pertanian tersebut.
Prasarana perekonomian lainnya yang berperan dalam mendukung pembangunan perekonomian suatu wilayah adalah keberadaan lembaga keuangan, seperti bank dan koperasi. Prasarana bank yang mendukung pembangunan perekonomian di Kabupaten Solok terdapat di berapa ibukota kecamatan, serta bank-bank yang diterdapat di kota Solok. Di daerah ini terdapat 20 jenis dengan total jumlah 158 buah dan koperasi pertanian merupakan koperasi dengan jumlah terbanyak di Kabupaten Solok yaitu mencapai 54 buah.

3.1.3  Penduduk

Penduduk Kabupaten Solok sampai akhir tahun 2006 berjumlah 347.288 jiwa yang terdiri dari 171.335 jiwa penduduk laki-laki dan 175.953 jiwa penduduk perempuan dengan rasio 97 : 100. Keadaan penduduk tiap kecamatan di Kabupaten Solok selengkapnya disajikan pada Tabel 1. Tenaga kerja yang tersedia berdasarkan
kelompok umur di Kabupaten Solok mencapai 56,70% dari jumlah penduduk. Ditinjau dari tingkat pendidikan, umumnya penduduk yang bekerja di sektor pertanian berpendidikan SD. Untuk itu, pemerintah melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani dalam usaha tani melalui program penyuluhan serta pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan pertanian.

3.2. Karakteristik Sumberdaya Lahan
3.2.1. Iklim

Curah hujan rata-rata tahunan di sebagian besar wilayah penelitian sangat sesuai untuk pertumbuhan tanaman kakao. Berdasarkan kriteria persyaratan tumbuh tanaman kakao memerlukan curah hujan rata-rata tahunan 1.500-2.500 mm dan bulan kering <3 bulan (Puslitkoka, 1997). Wilayah yang sesuai berada di Pantai Cermin, bagian selatan Lembang Jaya dan Payung Sekaki.

3.2.2. Fisiografi dan Bentuk Wilayah

Hasil analisis menunjukkan bahwa daerah penelitian tergolong ke dalam Grup Fisiografi Aluvial (A), Tektonik/Struktural (T) dan Volkan (V). Grup Aluvial di daerah penelitian merupakan landform muda yang terbentuk akibat aktivitas sungai (fluvial), gravitasi (koluvial) atau gabungan fluvial dan koluvial. Grup ini menyebar pada areal seluas 4.775 ha atau 1,28% dari luas total Kabupaten Solok. Grup Tektonik/Struktural merupakan landform yang paling luas dijumpai di daerah penelitian, mencapai 187.090 ha atau 50,05% dari luas total Kabupaten Solok. Grup Volkan adalah fisiografi yang terbentuk akibat aktivitas volkan/gunung berapi, terutama dicirikan oleh adanya bentukan kerucut volkan, aliran lahar, lava ataupun wilayah yang merupakan akumulasi bahan volkanik. Grup Volkan menyebar seluas 141.849 ha atau 37,95% dari luas total Kabupaten Solok.
Berdasarkan analisis terrain pada Shuttle Radar Topography Mission (NASA, 2004) dan didukung dengan verifikasi lapang, menunjukkan bahwa daerah penelitian didominasi oleh bentuk wilayah bergunung (53,04%), kemudian diikuti oleh bentuk wilayah berbukit (20,79%) dan berbukit kecil (6,88%). Bentuk wilayah bergelombang sekitar 3,63%, berombak 2,82% dan sisanya 0,93% merupakan daerah dengan bentuk wilayah datar.

3.2.3. Tanah

Berdasarkan Peta Satuan Lahan Kabupaten Solok skala 1:100.000 (Balai Penelitian Tanah, 2006), tanah-tanah yang dijumpai didaerah penelitian digolongkan ke dalam 6 ordo tanah, yaitu: Entisols, Inceptisols, Andisols, Alfisols, Ultisols, dan Oxisols. Tanah-tanah tersebut umumnya mempunyai tingkat kesuburan tanah rendah yang ditunjukkan oleh rendahnya hara N, P dan K, C organik, pH, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa. Untuk usaha pertanian yang produktif maka pada tanah-tanah tersebut perlu pemupukan berimbang (pupuk organik dan anorganik) dan pengapuran untuk memperbaiki pH dan meningkatkan ketersediaan hara.

3.2.4. Penggunaan Lahan

Kabupaten Solok masih didominasi oleh hutan primer, mencapai luas
213.842 ha atau 57,21% dari luas total Kabupaten Solok. Kemudian diikuti oleh semak belukar 44.051 ha (11,78%) dan hutan sekunder 29.404 ha (7,87%). Lahan sawah cukup luas sekitar 27.927 ha (7,48%). Penggunaan lahan lainnya adalah kebun campuran, padang rumput dan alang-alang, semak, kebunsayuran, tegalan, kebun markisa dan perkebunan teh. Berdasarkan penggunaan lahan tersebut terdapat areal sekitar 85.138 ha yang potensial untuk pengembangan kakao dan kopi. Lahan-lahan yang potensial tersebut, saat ini berupa tegalan, kebun campuran, padang rumput dan alang-alang, serta semak belukar.



IV. POTENSI SUMBERDAYA LAHAN


4.1. Kawasan Pengembangan

Kawasan pengembangan untuk komoditas kakao, kopi robusta dan kopi arabika di Kabupaten Solok ditetapkan berdasarkan ketinggian tempat sesuai dengan persyaratan tumbuh masing-masing komoditas dan berada pada lereng < 40%.

4.2. Kesesuaian Lahan
4.2.1. Kesesuaian Lahan Tanaman Kakao

Lahan yang sesuai untuk pengembangan tanaman kakao di Kabupaten Solok tergolong kelas sesuai marginal mencapai luas sekitar 67.142 ha atau sekitar 17,96% dari luas Kabupaten. Lahan yang sesuai ini sebagian besar menyebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Solok kecuali Kecamatan Danau Kembar dan Lembah Gumanti. Faktor pembatas dalam peningkatan produktivitas lahan untuk pengembangan kakao yang perlu diperbaiki adalah media perakaran, retensi hara, kertersediaan hara, dan lereng curam. Faktor pembatas media perakaran berupa drainase agak cepat dan agak terhambat dan kedalaman tanah dangkal. Jenis tanah dengan drainase yang buruk kurang cocok untuk pertumbuhan tanaman kakao.
Faktor pembatas ini dapat diperbaiki dengan pembuatan saluran drainase atau sistem surjan untuk mengurangi kelebihan air dari kompleks tanah. Faktor pembatas retensi hara berupa KTK dan pH tanah. Keasaman tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah netral atau berkisar 5,6-6,8. Faktor pembatas ini dapat diatasi dengan penambahan bahan organik baik pupuk kandang maupun kompos serta pegapuran (dolomit). Faktor pembatas ketersedian hara seperti rendahnya hara tersedia ditemui hampir di seluruh lahan yang sesuai untuk pengembangan tanaman kakao, terutama unsur hara N dan P. Untuk mengatasi faktor pembatas ini perlu penambahan pupuk, baik organik (pupuk kandang dan kompos) maupun pupuk anorganik (N, P dan K). Penerapan teknik konservasi untuk mengurangi bahaya erosi perlu diterapkan terutama pada lereng >8%. Teknik konservasi yang disarankan adalah pemberian mulsa, penanaman menurut kontur, pembuatan rorak, pembuatan teras kebun dan tanaman penutup tanah (cover crop).

5.2.2. Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi Robusta

Lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditas kopi robusta tergolong kelas cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3) mencapai luas sekitar 109.512 ha atau sekitar 28,30% dari luas total Kabupaten Solok. Lahan yang sesuai ini sebagian besar menyebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Solok kecuali Kecamatan Danau Kembar.

4.2.3. Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi Arabika

Lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditas kopi arabika tergolong kelas cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3) mencapai luas sekitar 70.580ha atau 18,88% dari luas Kabupaten Solok. Lahan yang sesuai ini menyebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Solok. Luas lahan sesuai untuk pengembangan kopi arabika pada masing-masing kecamatan disajikan.

5.3. Arahan Pengembangan Komoditas Kakoa dan Kopi serta Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Lahan

Analisis sumberdaya lahan, selain untuk menentukan kelas kesesuaian lahan juga dapat digunakan sebagai dasar arahan dan pemilihan teknologi pengelolaan sumberdaya lahan untuk pengembangan komoditas tersebut sesuai dengan potensi lahannya. Pengembangan komoditas kakao dan kopi di Kabupaten Solok diarahkan pada lahan-lahan kering, terutama di lahan-lahan tegalan dan kebun campuran, padang rumput dan alang-alang, semak serta belukar yang masih memungkinkan untuk dikembangkan (lereng <40%). Lahan-lahan yang pada saat ini telah digunakan secara tetap (exist), seperti sawah, kebun sayur dan perkebunan teh serta kawasan lindung tidak diarahkan untuk pengembangan komoditas tersebut. Arahan pengembangan komoditas kakao, kopi robusta dan kopi arabika serta teknologi pengelolaan sumberdaya lahan di Kabupaten Solok disajikan pada Tabel 6 dan penyebarannya disajikan pada Gambar 2. Teknologi pengelolaan sumberdaya lahan diantaranya meliputi pola tanam, teknik konservasi lahan dan pemupukan.



BAB VI. STRATEGI PENGEMBANGAN


Permasalahan penting yang dihadapi dalam pengembangan kakao dan kopi di Indonesia adalah sebagai berikut :
  • ·     Bibit kakao dan kopi di perkebunan rakyat umumnya berasal dari benih asalan berkualitas   rendah.
  • ·     Pengelolaan tidak intensif karena keterbatasan modal kerja hampir di seluruh lini proses produksi mulai dari pembukaan dan pengelolaan lahan, pemilihan bibit, pemeliharaan, panen, pasca panen, diversifikasi produk serta pemasaran.
  • ·       Serangan hama dan penyakit kakao dan kopi menyebabkan kerugian yang besar.
  • ·       Produktivitas tanaman kakao dan kopi belum mencapai potensi produksi optimal.
  • ·     Sebagian besar mutu kakao dan kopi masih rendah, karena teknologi pasca panen belum diterapkan dengan baik.
  • ·       Ekspor kakao dan kopi sebagian besar dalam bentuk biji, sehingga nilai tambah (value added) tidak diterima petani.
  • ·       Industri hilir kakao dan kopi di dalam negeri belum berkembang dan melemah akibat penerapan PPN 10% dan terganggu BM (Barrier Market) yang diterapkan oleh negara-negara importir.



2 komentar: